Laman

Laman

Laman

Jumat, 13 Mei 2016

PENYAKIT BALIMAN/LIMAN

Baliman merupakan penyakit kulit yang sering di jumpai dan merupakan hal biasa terjadi. bentol-bentol kemerahan, sangat gatal, sering disertai rasa tertusuk dan panas.
Baliman bisa datang tanpa permisi dan tak kenal waktu, dapat terjadi di bagian tubuh mana saja dengan bentuk dan ukuran yang beraneka ragam. Karena gatalnya terkadang seseorang yang mengalami baliman sering menggaruk sehingga bentol-bentol tersebut menjadi makin meluas.
Baliman bisa berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa hari. Umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan bekas.
Namun orang banjar tatuha bahari punya cara menyembuhkan yg turun temurun dilakukan, org dulu menyebut baliman karena diludahi urang halus. Biasanya tetuha kita dulu mengobati dengan memukul2kan peci yg sudah lusuh atau peci hitam sambil membaca shalawat dan ayat kursi. Ada juga dibeberapa daerah sbelum dipukul2kan ke badan peci terlebih dulu dipanaskan sedikit diatas lampu semprong atau lampu teplok. 

Kamis, 14 Januari 2016

wisata kota bontang


Pantai Beras Basah terletak di Pulau Beras Basah, Kota Bontang, Kalimantan Timur, Indonesia. Lokasi tempat ini berjarak sekitar 220 kilometer dari pusat kota Balikpapan. Pantai Beras Basah menawarkan panorama alam yang indah disertai dengan hamparan pasir putih pantai yang cukup lembut di kaki. Pamandangan dari pepohonan nan hijau senantiasa menghiasi pulau ini.

Air lautnya berwarna biru jernih. Seolah-olah menggoda siapapun yang berkunjung untuk berenang ke dalamnya. Dan memang benar di tempat ini pengunjung bisa berenang ataupun snorkeling menikmati keindahan bawah laut. Berbagai jenis ikan laut, terumbu karang hingga rumput laut bisa pengunjung temukan di tempat ini.


Tidak hanya itu, kawasan ini sangat cocok bagi Anda penggemar fotografi. Pemandangan sunrise maupun sunset di tempat ini cukup menarik untuk diabadikan.

Fasilitas
Di tempat ini memang belum tersedia penginapan serta rumah makan. Fasilitas di kawasan pulau ini memang masih terkesan ala kadarnya. Seperti gazebo yang bisa digunakan secara gratis oleh para pengunjung, ruang ganti pakaian, serta toilet. Bila Anda ingin menginap, Anda bisa menyewa tempat penginapan yang ada di pusat kota Bontang. Jangan lupa juga untuk membawa bekal makanan maupun minuman bila akan berkunjung ke tempat ini.

Akses
Pantai Beras Basah berjarak sekitar 220 kilometer dari pusat kota Balikpapan. Anda bisa mencapai tempat ini dari Balikpapan.

Dari pusat kota Balikpapan, Anda bisa langsung menuju ke Bontang dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun bus AC yang menuju ke arah Bontang dengan biaya naik bus sekitar Rp 100.000.

Dari Bontang perjalanan dilanjutkan menuju ke arah Bontang Kuala atau Pelabuhan Tanjung Laut. Dari pelabuhan atau dermaga ini, Anda bisa naik kapal yang menuju ke arah Pulau Beras Basah dengan biaya sekitar Rp 40.000 per orang atau menyewa satu kapal yang berkapasitas sepuluh orang dengan biaya sewa sekitar Rp 400.000 hingga Rp 500.000 (PP) per kapal.

DAYAK BAKUMPAI


Sejarah atau Asal Usul Masyarakat Bakumpai
Asal Usul Bakumpai
Secara etimologis, Bakumpai adalah julukan bagi suku dayak yang mendiami daerah aliran sungai Barito. Bakumpai berasal dari kata ba (dalam bahasa banjar diartikan memiliki) dan kumpai yang artinya adalah rumput. Dari julukan ini, dapat dipahami bahwa suku ini mendiami wilayah yang memiliki banyak rumput. Menurut legenda, bahwa asal muasal suku Dayak Bakumpai adalah dari suku Dayak Ngaju yang akhirnya berhijrah ke negeri yang sekarang disebut dengan Marabahan (salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan yaitu kabupaten Barito Kuala).
Dari beberapa referensi lainnya yang dipelajari, Suku Bakumpai (dalam bahasa Belanda disebut Becompaijers/Bekoempaiers) atau Dayak Bakumpai adalah subetnis rumpun Dayak Ngaju yang beragama Islam dan tinggal di sepanjang tepian daerah aliran sungai Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yaitu dari kota Marabahan, Barito Kuala sampai kota Puruk Cahu, Murung Raya. Suku Bakumpai berasal bagian hulu dari bekas Distrik Bakumpai sedangkan di bagian hilirnya adalah
pemukiman orang Barangas (Baraki). Sebelah utara (hulu) dari wilayah bekas Distrik Bakumpai adalah wilayah Distrik Mangkatip (Mengkatib) merupakan pemukiman suku Dayak Bara Dia atau Suku Dayak Mangkatip. Suku Bakumpai maupun suku Mangkatip merupakan keturunan suku Dayak Ngaju dari Tanah Dayak.
(Muara teweh)
Supriadi Sekretaris Kerukunan keluarga Bakumpai (KKB) Kota Palangka Raya, tampaknya menambahkan bahwa suku bakumpai adalah suku yang mendiami sepanjang DAS Barito hingga Tumbang Samba, Katingan samoai Long Iram, Kalimantan Timur. Saya sendiri yang bernama Abdul Helim atau dipanggil Helim selaku putra yang lahir di desa Magantis Kabupaten Barito Timur juga menambahkan bahwa penyebaran penduduk Bakumpai sampai ke desa saya yaitu Desa Magantis, bahkan masyarakat bakumpai di Desa Magantis memiliki keunikan yang tampaknya berbeda dengan suku Bakumpai yang lain. Hal ini akan dibahas pada artikel-artikel selanjutnya.
Tambahan :
Menurut Tjilik Riwut, Suku Dayak Bakumpai merupakan suku kekeluargaan yang termasuk golongan suku (kecil) Dayak Ngaju. Suku Dayak Ngaju merupakan salah satu dari 4 suku kecil bagian dari suku besar (rumpun) yang juga dinamakan Dayak Ngaju (Ot Danum).
Mungkin adapula yang menamakan rumpun suku ini dengan nama rumpun Dayak Ot Danum. Penamaan ini juga dapat dipakai, sebab menurut Tjilik Riwut, suku Dayak Ngaju merupakan keturunan dari Dayak Ot Danum yang tinggal atau berasal dari hulu sungai-sungai yang terdapat di kawasan ini, tetapi sudah mengalami perubahan bahasa. Jadi suku Ot Danum merupakan induk suku, tetapi suku Dayak Ngaju merupakan suku yang dominan di kawasan ini.
Dikatakan pula bahwa Suku dayak Bakumpai dahulunya memiliki suatu kerajaan yang lebih tua dibandingkan dengan kerajaan daerah banjar, akan tetapi karena daya magis yang luar biasa akhirnya kerajaan ini berpindah ke sungai Barito dan rajanya dikenal dengan nama Datuk Barito. Dari daerah marabahan ini mereka menyebar ke aliran sungai Barito. Dari cerita rakyat, ada suatu daerah di Kabupaten Murung Raya yaitu Muara Untu pada mulanya hanyalah suatu hutan belantara yang dikuasai oleh bangsa jin bernama Untu. Kemudian ada dari suku Bakumpai yang hijrah ke sana dan mendiami daerah tersebut yang bernama Raghuy. Sampai sekarang jika ditinjau dari silsilah orang yang mendiami Muara Untu, mereka menamakan moyang mereka Raghuy.
Agama yang Dianut Sebelum Islam
Pada mulanya masyarakat bakumpai yang disebutkan di atas menganut agama nenek moyang yaitu Kaharingan. Hal ini dapat dilihat dari peninggalan budaya yang sama seperti suku dayak lainnya. Kemudian mereka menjumpai suatu wilayah di mana di tempat tersebut ada seseorang yang memiliki kharismatik, sebab apabila dia berdiri di suatu tanah, maka tanah itu akan ditumbuhi rumput. Orang yang memiliki kharismatik tersebut tidak lain adalah Nabiyullah Khidir as. Akhirnya, sebagaimana disebutkan dalam cerita orang-orang pendahulu Bakumpai, mereka pun masuk agama Islam dan berkembang biaklah mereka menjadi suatu suku. Suku Bakumpai adalah julukan bagi mereka, karena apabila mereka belajar agama di suatu daerah dengan gurunya Khidir, maka tumbuhlah rumput dari daratan tersebut, sehingga kemudian mereka dikenal dengan suku Bangsa Bakumpai.
Kini, hampir seluruh suku Bakumpai beragama Islam dan relatif sudah tidak tampak religius seperti pada kebanyakan suku Dayak (Kaharingan).
Jumlah Penduduk Suku Dayak Bakumpai
Dalam sumber lain juga disebutkan bahwa suku Bakumpai Suku Bakumpai merupakan suku yang baru muncul (menurut hemat kami bukan yang dimaksudkan suku yang baru atau suku hanyar) dalam sensus tahun 2000, karena sebelumnya yaitu pada tahun 1930, suku Bakumpai masih digabungkan dengan dengan suku Dayak yang lain. Hasil sensus pada tahun 2000 tersebut apabila dipersentasekan sebanyak 7,51% dari penduduk Kalimantan Tengah adalah orang-orang Bakumpai.
Menurut situs "Joshua Project" suku Bakumpai berjumlah 41.000 jiwa. Namun apabila dilihat dari hasil sensus yang dilakukan Badan Pusat Statistik di Kalimantan Selatan pada tahun 2000 (untuk sementara data yang tersedia hanya tahun 2000), populasi suku Bakumpai berjumlah 20.609 jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk suku Bakumpai yang terbanyak berada di Kabupaten Barito Kuala dengan jumlah 18.892 jiwa dan sisanya menyebar di daerah Kalimanta Selatan. Adapun untuk di Kalimantan Tengah menurut hasil sensus yang dilakukan Badan Pusat Statistik di Kalimantan Tengah pada tahun 2000, jumlah masyarakat bakumpai yang tinggal di provinsi ini berjumlah 135.297 serta 1.000 jiwa di Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Long Iram, Kutai Barat. Apabila diakumulasikan, semuanya berjumlah 200.000 jiwa.
Kabupaten/kota yang terdapat organisasi kerukunan suku Bakumpai
• Kabupaten Barito Kuala (kecamatan Bakumpai, Tabukan dan Kuripan)
• Kabupaten Barito Selatan (Buntok)
• Kabupaten Barito Timur (mayoritas di desa Magantis)
• Kabupaten Barito Utara (Muara Teweh)
• Kabupaten Murung Raya
• Kabupaten Kapuas (Kuala Kapuas)
• Kabupaten Pulang Pisau
• Kota Palangkaraya
• Kabupaten Katingan, berupa enclave
• Kota Banjarmasin
• Kabupaten Kutai Barat (1,7% populasi)
referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Bakumpai
Sebagian diambil dari tulisan Ahkmad Supriadi Sekretaris Kelurukunan Keluarga Bakumpai Kota Palangka Raya.